Assalamualaikum,warahmatullahii
wabarakaatu.
Da’wah back to ashalah atau
kembali kepada kemurnian da’wah
memanglah hal yang kurang begitu ana mengerti ,tapi untuk saat ini ana
akan menjelaskan sedikit demi sedikit pendapat ana mengenai makna dari da’wah back
to ashalah tersebut,mudah-mudahan sedikit banyaknya para pembaca dapat
mengambil hikmah atau ibroh yang ada dari penjelasan ana nanti.Walaupun yang
ana sampaikan ini tidak begitu sempurna tapi lihatlah dari sisi baiknya jangan
dilihat dari sisi buruknya,jika terjadi kesalahan dalam penulisan mungkin ana
pribadi minta maaf dan mohon kritik serta sarannya yang membangun,semoga tidak
ada dusta diantara kita,amin.
Kembali kepada Da’wah back to
ashalah,dilihat dari bahasanya yaitu kembali kepada kemurnian da’wah,ana
berpendapat bahwa dewasa ini da’wah telah tercampuri oleh pemikiran-pemikiran
liberal bahkan fikiran-fikiran sesat maka bagaimana da’wah itu dapat kembali
kepada keadaan murninya atau dapat dikatakan kembali kepada apa dan bagaimana
da’wah itu sebenarnya.
Sebelum ana lebih jauh
menjelaskan da’wah yang kembali kepada kemurian itu, marilah sama-sama kita
telaah lebih jauh mengenai apa sebenarnya da’wah itu sendiri agar di akhir
pembahasan nanti kita dapat mencapai suatu kesimpulan tersendiri mengenai apa
dan bagaimana da’wah yang murni atau da’wah yang sebenarnya itu.
Da’wah adalah kegiatan
meyampaikan atau menyerukan hal hal yang bersifat baik,baik itu dilakukan
dengan penyampaian secara lisan ataupun penyampaian secara keteladanan,hal-hal
yang disampaikan tidak harus hal ahal yang bersifat ilmu-ilmu keagamaan,tetapi
hal-hal yang kecil saja yang itu bernilai kebaikan dapat digolongkan kepada
da’wah .Da’wah juga tidak harus disampaikan oleh orang-orang yang begitu paham
tentang agama seperti ulama-ulama kondang maupu yang tidak kondang ,para
ustad-usatzah lulusan kairo mesir yang bertuliskan LC dibelakang namanya,tapi mahasiswa bahkan
masyarakat yang dari golongan manapun baik itu dari golongan
berpendidikan,maupun yang tidak berpendidikan,baik itu dari anak-anak sampai
orang yang sudah uzur dapat dikatakan dengan berda’wah asalkan hal-hal yang
disampaikan itu bernilai hal –hal yang bersifat ahsan atau baik,karena UMAR BIN KHATAB pernah berkata bahwa “jangan
lihat orang yang menyampaikannya tetapi lihat apa yang disampaikannya”.Dari
perkataan umar tersebut kita dapat menarik suatu makna bahwa dalam menerima suatu seruan atau nasihat kita
janganlah melihat siapa yang menyampaikan nasihat tersebut,tetapi kita lebih
menitikberatkan kepada apa-apa yang disampaikannya,entah itu nasihat dari
anak-anak,pejabat,presiden dan sebagainya asalkan hal-hal yang disampaikannya
itu baik maka kita harus menerima dan menjalankannya dengan lapang dada.Begitu
pula dengan keadaan kita saat ini kita yang notabenenya seorang mahsiswa jangan
pernah malu untuk mengatakan atan memberikan keteladanan tentang kebaikan
kepada orana lain baik itu senior ,junior dan sebagainya walaupun ilmu kita
mungkin masih belum apa-apanya disbanding mereka.
Jadi,untuk lebih dapat kita
mengerti maka ana akan memberikan ilustrasi cerita tentang seorang pezina dan
perampok yang menikah,mereka memiliki seorang anak yang notabenenya adalah anak
dari hasil perzinaan mereka,anak itu berkelamin perempuan sebut saja namanya
“bunga”,semenjak ia lahir ia tidak diajarkan oleh kedua orang tuanya bagaiman
menjadi permapok yang handal,bagaiman menjadi pezina yang tangguh,api mereka
malah mengajarkan hal-hal yang bersifat kebaikan,ini jelas berbeda dari profesi
dari mereka,ternyata mereka tidak ingin anaknya tersebut menjadi seperti
dirinya yang selalu berbuat maksiat,mereka tidak malu mengajarkan hal-hal yang
baik kepada anak-anaknya walaupun mereka tahu suatu saat mereka akan ditanyai
oleh anaknya mengenai profesinya,walupun mereka dapat dikatakan tidak terlalu
memiliki pengetahuan tentang ilmu agama,tetapi mereka tetap mengajarkan apa-apa
yang mereka ketahui,walaupun hanya sedikit.
Lalu,bagaimana dengan kita
???kita yang notabenenya adalah para mahasiswa yang INSYAALLAH berpendidikan
sedikit banyaknya tahu tentang agama atau tahu lah tentang kebaikan,tetapi kita
enggan untuk menyeru kepada kebaikan,ada alasan klasik yang disampaikan bahwa
ilmu ana belum cukup untuk berda’wah,pengalaman ana belum banyak,atau ana belum
siap rasanya ,kalau menimbang hal tersebut mungkin setiap orang dapat dikatakan
belum siap,belum berpengalam dan sebagainya tapi kita harus yakin kita bias
menciptakan kesiapan itu,mari kita hadirkan pengalaman itu,karena tidak ada
pengalaman tanpa kita mengalaminya terlebih dahulu.
Dari ilustrasi diatas dapat kita
tarik suatu kesimpulan bahwa Da’wah yang murni itu bukanlah hanya proses
penyampaian hal hal yang bersifat agamis dan disampaikan oleh orang orang yang
benar benar memiliki pengetahuan lebih,tetapi da’wah yang murni itu adalah
menyeru kepada hal-hal yang baik,menyeru kepada hal-hal yang positif baik itu
tentang agama maupun tidak asalkan disampaikan untuk kebaikan maka itu bernilai
da’wah
Mungkin itulah sedikit
penyampaian mengenai da’wah yang murni atau dalam bahasa kampung ana itu disebutkan
“DA’WAH BACK TO ASHALAH”,kritik dan saran antum-antum semua dapat ana terima di
satria.wahyu@ymail.com
atau di nomor hp ana “085263944536”mudah-mudahan bermanfaat bagi kita
semua,ALLAHUA’LAM BISAWAB.
ASSALAMULAIKUM
WARAHMATULLAHII WABARAKATU….
Created by :
WAHYU SATRIA (ELECTRICAL ENGGINEERING 2010)